KEMITRAAN USAHA - BERBAGAI PENGERTIAN, TUJUAN, MANFAAT, JENIS, STRATEGI, DAN PENERAPAN NYA


I. PENGERTIAN KEMITRAAN USAHA

Berdasarkan Pasal 1 ayat 13 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008, yang dimaksud dengan Kemitraan adalah kerjasama dalam keterkaitan usaha, baik langsung maupun tidak langsung, atas dasar prinsip saling memerlukan, mempercayai, memperkuat, dan menguntungkan yang melibatkan pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah dengan Usaha Besar.

Menurut Undang-Undang (UU) No. 9 Tahun 1995 tentang Usaha Kecil dan Menengah (UKM), Pasal 8 ayat 1 yang berbunyi : “Kemitraan adalah kerja sama usaha antara usaha kecil dengan usaha menengah atau dengan usaha besar disertai pembinaan dan pengembangan usaha oleh usaha menengah atau usaha besar dengan memperhatikan prinsip saling memerlukan, saling memperkuat, dan saling menguntungkan”.

Kemitraan Usaha adalah jalinan kerjasama usaha yang saling menguntungkan antara pengusaha kecil dengan pengusaha menengah/besar (Perusahaan Mitra) disertai dengan pembinaan dan pengembangan oleh pengusaha besar, sehingga saling memerlukan, menguntungkan dan memperkuat.

Kemitraan usaha akan menghasilkan efisiensi dan sinergi sumber daya yang dimiliki oleh pihak-pihak yang bermitra dan karenanya menguntungkan semua pihak yang bermitra.Kemitraan juga memperkuat mekanisme pasar dan persaingan usaha yang efisien dan produktif. Bagi usaha kecil kemitraan jelas menguntungkan karena dapat turut mengambil manfaat dari pasar, modal, teknologi, manajemen, dan kewirausahaan yang dikuasai oleh usaha besar. Usaha besar juga dapat mengambil keuntungan dari keluwesan dan kelincahan usaha kecil.

Kemitraan hanya dapat berlangsung secara efektif dan berkesinambungan jika kemitraan dijalankan dalam kerangka berfikir pembangunan ekonomi, dan bukan semata-mata konsep sosial yang dilandasi motif belas kasihan atau kedermawanan.

 

II. TUJUAN KEMITRAAN

a. Tujuan dari Aspek Ekonomi

Dalam kondisi yang ideal, tujuan yang ingin dicapai dalam pelaksanaan kemitraan secara lebih kongkret yaitu: Meningkatkan pendapataan usaha kecil dan masyarakat; Meningkatkan perolehan nilai tambah bagi pelaku kemitraan. Mengenal tiga jenis efisiensi di antaranya yaitu:

Pertama, efisiensi teknis adalah cara yang paling efektif dalam menggunakan suatu sumber yang langka – tenaga kerja, bahan baku, mesin dan lain sebagainya, atau sejumlah sumber dalam suatu pekerjaan tertentu.

Kedua, efisiensi statis meliputi efisiensi teknis yang mencerminkan alokasi sumber-sumber yang ada dalam rangkaian waktu tertentu, dengan kata lain, efisiensi ekonomi diperoleh bila tak ada kemungkinan realokasi sumber lain yang dapat meningkatkan output produk lainnya.

Ketiga, efisiensi dinamis, pada pihak lain menghubungkan pertumbuhan ekonomi dengan kenaikan sumber yang seharusnya menyebabkan pertumbuhan ini. Jadi walaupun dua perekonomian mungkin telah meningkatkan persediaan modal dan tenaga kerja mereka dengan persentase yang sama, tapi tingkat pertumbuhan nasional dalam kedua kasus ini mungkin sangat berlainan.

b. Tujuan dari Aspek Sosial dan Budaya

Kemitraan usaha dirancang sebagai bagian dari upaya pemberdayaan usaha kecil. Pengusaha besar berperan sebagaai faktor percepatan pemberdayaan usaha kecil sesuai kemampuan dan kompetensinya dalam mendukung mitra usahanya menuju kemandirian usaha, atau dengan perkataan lain kemitraan usaha yang dilakukan oleh pengusaha besar yang telah mapan dengan pengusaha kecil sekaligus sebagai tanggung jawab sosial pengusaha besar untuk ikut memberdayakan usaha kecil agar tumbuh menjadi pengusaha yang tangguh dan mandiri.

Adapun sebagai wujud tanggung jawab sosial itu dapat berupa pemberian pembinaan dan pembimbingan kepada pengusaha kecil, dengan pembinaan dan bimbingan yang terus menerus diharapkan pengusaha kecil dapt tumbuh dan berkembang sebagai komponen ekonomi yng tangguh dan mandiri.

c. Tujuan dari Aspek Teknologi

Secara faktual, usaha kecil biasanya mempunyai skala usaha yang kecil dari sisi modal, penggunaan tenaga kerja, maupun orientasi pasarnya. Demikian pula dengan status usahanya yang bersifat pribadi atau kekeluargaan; tenaga kerja berasal dari lingkungan setempat; kemampuan mengadopsi teknologi, manajemen, dan adiministratif sangat sederhana; dan struktur permodalannya sangat bergantung pada modal tetap.

Sehubungan dengan keterbatasan khususnya teknologi pada usaha kecil, maka pengusaha besar dalam melaksanakan pembinaan dan pengembangan terhadap pengusaha kecil meliputi juga memberikan bimbingan teknologi. Teknologi dilihat dari arti kata bahasanya adalah ilmu yang berkenaan dengan teknik. Oleh karena itu bimbingan teknologi yang dimaksud adalah berkenaan dengan teknik berproduksi untuk meningkatkan produktivitas dan efisiensi.

d. Tujuan dari Aspek Manajemen

Manajemen merupakan proses yang dilakukan oleh satu atau lebih individu untuk mengkoordinasikan berbagai aktivitas lain untuk mencapai hasil-hasil yang tidak bisa dicapai apabila satu individu bertindak sendiri. Sehingga ada 2 (dua) hal yang menjadi pusat perhatian yaitu: Pertama, peningkatan produktivitas individu yang melaksnakan kerja, dan Kedua, peningkatan produktivitas organisasi di dalam kerja yang dilaksanakan. Pengusaha kecil yang umumnya tingkat manajemen usaha rendah, dengan kemitraan usaha diharapkan ada pembenahan manajemen, peningkatan kualitas sumber daya manusia serta pemantapan organisasi.

 

III. MANFAAT KEMITRAAN USAHA

Adapun manfaat dari kemitraan usaha tersebut antara lain :

1. Membangun kebersamaan dan penguatan sesama pelaku bisnis.

2. Memenuhi kebutuhan dalam menjaga kinerja kompetitif perusahaan.

3. Berkesinambungan dan berkelanjutannya usaha dalam sektor yang sama atau yang relted.

4. Membangun kebersamaan dan penguatan sesama pelaku bisnis.

 

Adapun Manfaat Kemitraan Usaha Berbagai Aspek Yaitu :

Produktivitas

Peningkatan produktivitas diharapkan dapat dirasakan oleh pihak pihak yang bermitra. Bagi perusahaan yang lebih besar, peningkatan produktivitas dapat dilakukan dengan dua cara yaitu :

(a) menekan biaya produksi (input)

(b) meningkatkan produksi (output).

Secara kelompok pihak petani dapat pula meningkatkan produktivitasnya dengan cara, mengurangi input yang dapat digunakan secara bersama - sama, misalnya ; penggunaan traktor milik kelompok, memberantas hama dan penyakit, biaya pemeliharaan irigasi, biaya pengangkutan sarana produksi, pergudangan, menjual secara bersama – sama, dan lain - lain.

Ekonomi (Efisiensi)

Efisiensi erat kaitannya dengan penggunaan input yang minimum dan efektivitas dengan mendapatkan hasil yang sesuai dengan yang diinginkan.

Jaminan Kualitas, Kuantitas dan Kontinuitas

Indikator diterimanya suatu produk oleh pasar adalah adanya kesesuaian mutu yang diinginkan oleh konsumen. Loyalitas konsumen hanya dapat dicapai apabila ada jaminan mutu dari suatu produk, hal ini akan semakin terasa apabila produk akan di ekspor. Kualitas, kuantitas dan kontinuitas, sangat erat kaitannya dengan efisiensi dan produktivitas yang menentukan terjaminnya pasokan pasar dan pada gilirannya menjamin keuntungan perusahaan mitra.

Resiko Usaha

Dengan kemitraan usaha, diharapkan resiko yang besar dapat ditanggung bersama, dimana pihak - pihak yang bermitra akan  menanggung resiko secara proporsional sesuai dengan besarnya modal dan keuntungan yang akan diperoleh. Bagi petani yang memperoleh mitra usaha yang betul-betul mampu menjamin penyerapan hasil produksi, maka resiko kerugian akibat kelebihan hasil dan penurunan harga dapat dihindari.

Sosial

Kemitraan usaha bukan hanya memberikan dampak positif dengan saling menguntungkan melainkan dapat memberikan dampak social yang cukup tinggi sehingga terhindar dari kecemburuan sosial akibat ketimpangan. Disamping itu, melalui kemitraan dapat menghasilkan persaudaraan antar pelaku ekonomi yang berbeda status.



IV. JENIS – JENIS KEMITRAAN USAHA

a. Pola inti Plasma

Pola anti plasma merupakan pola hubungan kemitraan antra kelompok mitra usaha sebagai plasma dengan perusahaan inti yang bermitra. Salah satu kemitraan ini adalah pola perusahaan inti rakyat (PIR), dimana perusahaan inti menyediakan seperti Lahan, Sarana produksi, Bimbingan teknis, Manajemen, Penampung, Pengelola dan Memasarkan hasil produksi, disamping itu inti tetap memperoduksi kebutuhan perusahaan. Sedangkan mitra usaha sebagai plasma memenuhi kebutughan perusahaan sesuai dengan peryaratan yang telah disepakati.

b. Pola Subkontrak

Pola subkontrak merupakan pola hubungan kemitraan Antara perusahan mitra usaha dengan kelompok mitra usaha yang memperoduksi kebutuhan yang diperlukan oleh perusahan sebagai bagian dari komponen produksinya. Bentuk kemitraan ini telah banyak diterapkan dalam kemitraan yang dilaksanakan antara pengusaha kecil dengan pengusaha menengah dan besar.

Kemitraan pola subkontrak ini mempunyai keuntungan yang dapat mendorong terciptanya alih teknologi, modal, dan keterampilan serta menjamin pemasaran produk kelompok mitra usaha. Dan beberapa kelemahan yang dijumpai dalam pelaksanaan kemitraan subkontrak. Subkontrak seringkali memberikan kecendrungan mengisolasi grosen kecil sebagai subkontak pada satu bentuk hubungan monopoli dan monopsoni, terutama dalam penyediaan bahan baku dan pemasaran yaitu terjadinya penekanan terhadap harga input yang tinggi dan harga produk yang rendah, kontrak kualitas produk yang ketat, dan sistem pembayaran yang sering terlambat serta sering juga timbul adanya gejala eksploitasi tenaga untuk mengejar target produksi.

c. Pola Dagang Umum

Pola dagang umum merupakan pola hubungan kemitraan mitra usaha yang memasarkan hasil dengan kelompok usaha yang mensuplai kebutuhan yang diperlukan oleh perusahaan. Untuk memenuhi atau mensuplai kebutuhannya sesuai dengan persyaratan yang telah ditetapkan oleh perusahaan mitra usaha.

Keuntungan dari pola ini adalah adanya jaminan harga atas produk yang dihasilkan dan kualitas sesuai dengan yang telah ditentukan atau disepakati.Namun demikian kelemahan dari pola ini adalah memerlukan permodalan yang kuat sebagai modal kerja dalam menjalankan usahanya baik oleh kelompok mitra usaha maupun perusahaan mitra usaha.

d. Pola Keagenan

Pola keagenan merupakan salah satu bentuk hubungan kemitraan dimana usaha kecil diberikan hak khusus untuk memasarkan barang dan jasa dari usaha menengah atas usaha besar sebagai mitranya.

Keuntungan yang diperoleh dari hubungan kemitraan pola keagenan dapat berbentuk komisi yang diusahakan oleh usaha besar atau menengah. Kelebihan dari pola keagenan ini anatara lain bahwa agen dapat merupakan tulang punggung dari ujung tombak pemasaran usaha besar atau menengah. Memberikan manfaat saling menguntungkan dan saling memperkuat, maka agen harus lebih professional, handal dan ulet dalam pemasaran.

e. Warlaba

Warlaba merupakan pola hubungan kemitraan antara kelompok mitra usaha dengan perusahaan mitra usaha yang memeberikan hak lisensi, merek dagang seluran distribusi perusahaannnya kepada kelompok mitra usaha sebagai penerima warlaba yang disertai dengan bantuan bimbingan manajemen.

Kelabihan dari warlaba ini adalah bahwa perusahaan pewarlaba dan perusahaan terwaralaba sama-sama mendapatkan keunggulan sesuai dengan hak dan kewajibannya. Keuntungan tersebut dapat berupa : adanya alternatif sumber dana, penghematan modal, efisiensi. Sedangkan kelemahannya adalah bila salah satu pihak ingkar dalam menempati kesepakatan yang telah ditetapkan sehingga terjadi perselisihan. Hal lain adalah ketergantungan yang sangat besar dari perusahaan terwaralaba terhadap perusahaan pewaralaba dalam hal teknis dan aturan atau petunjuk yang mengikat.



V. STRATEGI DAN KEBIJAKSAAAN KEMITRAAN USAHA

1. Membangun kemitraan bukan sekedar bertukar kartu nama dan berkenalan

Jika sebagian besar orang merasa kurang berhasil membangun jejaring kerja (networking) karena mereka hanya berkenalan atau bertukar kartu nama. Setelah tiba di rumah kartu nama itu hanya disimpan dalam laci, maka akan sulit bisa mengingat siapa mereka. Sedangkan untuk membangun kekuatan networking hanya bisa dikerjakan dengan cara yang terorganisasi dengan baik.

2. Jadilah pendengar yang baik

Pada umumnya, para penyuluh kehutanan senang membicarakan tentang diri mereka sendiri. Mereka akan selalu berpikir: ”apa yang bisa saya peroleh?” atau “apa keuntungan percakapan ini untuk fasilitator sendiri?” Berikut adalah keuntungan menjadi pendengar yang baik:

Kita akan mendapatkan informasi sebanyak-banyaknya dalam kesempatan pertemuan singkat tersebut Misalnya mendapatkan informasi tentang keluarga, kelompok mereka, masalah usaha dan kemajuannya serta pribadi mereka jalankan saat ini. Hal ini sangat penting guna memberikan perlakuan yang paling tepat dan di sisi lain mereka juga terkesan pada diri kita sebagai penyuluh.

3. Fokus pada tujuan

Dengan menjadi pendengar yang baik kita akan mampu memvisualisasikan siapa saja yang harus kita dekati. Sehingga tidak perlu membuang waktu dengan mengikuti perkumpulan yang tidak berhubungan dengan target yang ingin kita capai. Karena kekuatan networking terletak pada kualitas dibandingkan dengan kuantitas atau jumlahnya. Upayakan dalam 3 hari atau 72 jam kita harus berusaha terus menjalin komunikasi dengan mereka agar mereka tidak melupakan kita begitu saja Langkah yang bisa kita lakukan adalah mengirimkan sms, telepon, e-mail, kartu pos, ataupun surat.

4. Bersikap sabar tetapi aktif dan proaktif dalam anggota

Memberi bisa dilakukan dalam berbagai cara entah dalam bentuk pelayanan atau kontribusi kepada perorangan maupun group. Milikilah nilai tersendiri bagi orang lain dengan menciptakan kerjasama yang memberikan kemudahan dan berbagai nilai yang menguntungkan mereka.

5. Bersikap lebih cerdas dan selalu menyampaiakan informasi yang akurat dan apa adanya

Caranya adalah dengan terus belajar banyak hal setiap ada kesempatan (banyak membaca, mengikuti seminar, workshop, kompetisi, expo dan lain-lain) sehingga kita akan lebih dikenal dibandingkan orang lain karena kelebihan ilmu pengetahuan yang kita miliki.

6. Kesinambungan komunikasi

Fasilitator harus selalu meluangkan waktu melakukan komunikasi guna mengembangkan dan mempertahankan hubungan yang sudah terbangun. Hanya melalui komunikasi, fasilitator dapat menjalin hubungan dengan para pelaku utama.

7. Peduli lingkungan

Fasilitator harus memiliki rasa kepedulian terhadap lingkungan dan kehidupan masyarakat disekitarnya. Banyak cara untuk mewujudkannya seperti ikut berpartisipasi dalam kegiatan – kegiatan di masyarakat.

8. Membangun citra diri sebagai wirausaha

Membangun citra sebagai wirausaha dapat dilakukan dengan cara meningkatkan kemampuan berkomunikasi, komitmen atas prinsip dan janji, professional, peduli terhadap pelaku utama dan pelaku dan yang tidak kalah penting adalah menjaga penampilan sebagai fasilitator.

9. Pengembangan pasar baru dan pembentukan posisi pasar

Strategi ini memerlukan mitra potensial yang memiliki  kemampuan pemasaran, dan/atau posisi pasar yang kuat. Kerjasama ini dilakukan untuk memasuki pasar –produk baru atau untuk mengekspansi posisi pasar yang sudah tersedia.

10. Strategi pemilihan pasar

Ciri – cirri persaingan dalam pasar ini adalah perusahaan inti yang kecil dan beberapa pesaing yang lebih kecil mengkonsentrasikan segala usaha ke dalam segmen pasar. Perusahaan dengan posisi pasar yang kecil perlu mengadopsi strategi – strategi yang memungkinkan untuk bersaing dalam segmen pasar, dimana mereka memiliki keunikan dan/ atau memasuki segmen yang tidak menarik pesaing besar.

11. Strategi restrukturisasi dan penghematan biaya

Restrukturisasi akan membentuk hubungan kerjasama antar bagian organisasi dan penghematan biaya mendorong perusahaan untuk mencari sumber daya yang murah.

Kemitraan Strategis

Pada dasarnya sebuah kemitraan strategis yang ideal adalah sebuah hubungan simbiosis mutualisme dengan saling berbagi sumber daya. Masing-masing organisasi atau perusahaan yang terlibat dalam kemitraan strategis mengharapkan peningkatan kinerja bisnis mereka.



VI. PENERAPAN KEMITRAAN USAHA

a. Saling membutuhkan

kemitraan merupakan rangkaian proses yang dimulai dengan mengenal calon mitranya, mengetahui posisi keunggulan dan kelemahan usahanya. Pemahaman dalam keunggulan tersebut akan menghasilkan sinergi yang berdampak pada efisiensi, turunnya biaya produksi dsb.  Dalam hal penerapannya dalam kemitraan, perusahaan besar dapat menghemat tenaga dalam mencapai target tertentu dengan menggunakan tenaga kerja yang dimiliki oleh perusahaan kecil sebaliknya perusahaan yang lebih kecil, umumnya relatif lemah dalam hal kemampuan teknologi, memperoleh permodalan dan sarana produksi melalui teknologi dan sarana produksi yang dimiliki oleh perusahaan besar.

b. Saling memperkuat

Dalam kemitraan usaha sebelum, kedua belah pihak mulai bekerja sama, pasti suatu nilai tambah yang ingin diraih oleh masing-masing pihak yang bermitra. selain diwujudkan dalam bentuk nilai ekonomi, seperti peningkatan modal dan keuntungan, perluasan pangsa pasar, ada juga nilai tambah yang non ekonomi, seperti peningkatan kemampuan manajamen, penguasaan teknologi dan kepuasan tertentu. Keinginan ini merupakan konsekuensi logis dan alamiah dari adanya kemitraan. Keinginan tersebut harus didasari sampai sejauh mana kemampuan untuk memanfaatkan keinginan tersebut dan untuk memperkuat keunggulan-keunggulam yang dimilikinya. Dengan bermitra, terjadi sinergi antara para pelaku yang bermitra sehingga niali tambah yang diterima akan lebih besar.

c. Saling menguntungkan

Salah satu maksud dan tujuan kemitraan usaha ialah win-win solution partnership, kesadaran dan saling menguntungkan. Adanya kemitraan ini tidak berarti para partisipan harus memiliki kemampuan dan kekuatan yang sama, tetapi yang esensi dan lebih utama ialah adanya posisi tawar yang setara berdasarkan peran masing-masing. Kemitraan ini, terutama dalam hubungan timbal balik, bukan seperti kedudukan antara buruh dan majikan, atau atasan kepada bawahan sebagai adanya pembagian risiko dan keuntungan proporsional. Disinilah letak kekhasan dan karakter dari kemitraan usaha. Berpedoman pada kesejajaran kedudukan atau derajat yang setara bagi masing-masing pihak yang bermitra, tidak ada pihak yang tereksploitasi dan dirugikan, tetapi justru memunculkan rasa saling percaya antara para pihak, sehingga dapat meningkatkan keuntungan dan pendapatan melalui pengembangan usahanya.

d. Saling Percaya (Kejujuran)

Bisnis tidak akan bertahan lama jika tidak ada kejujuran, karena kejujuran merupakan modal utama untuk memperoleh kepercayaan dari mitra bisnis-nya, baik berupa kepercayaan komersial, material, maupun moril. Kejujuran menuntut adanya keterbukaan dan kebenaran.

 

 

 

 

 

Komentar